Jumat, 28 Mei 2010

Nabi Musa Kembali Ke Mesir

Raja Fir’aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Mesir yang merupakan penduduk pribumi dan bangsa Isra’il yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya. Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan kepada Bani Isra’il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan tentaram. Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar berbagai pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Mesir, bangsa Fir’aun sendiri.

Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir’aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra’il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak. Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir’aun sebagai Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah, menyadarkan dirinya bahwa ia adalah makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahwa Tuhan yang wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.

Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalau peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan masih belum hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Fir’aun. Ia tidak mengabaikan kemungkinan bahwa mereka akan melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang mungkin akan dihadapi.

Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir’aun, Maka dengan perintah Allah yang berfirman maksudnya : “Pergilah engkau ke Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir’aun apa pun akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada Allah: “Aku telah membunuh seorang dari mereka , maka aku khawatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu lebih petah (lancar) lidahnya dan lebih cakap daripada diriku untuk berdebat dan bermujadlah.”

Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir’aun dengan diiringi firman Allah: “Janganlah kamu berdua takut dan khawatir akan disiksa oleh Fir’aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat dan mengetahui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir’aun. Berdakwahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sadarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kecongkakannya.”

Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah “Al-Qashash” dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah “Thaha” sebagai berikut : “33. Musa berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku, 34. dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya dariku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan (perkataan) ku sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan aku.” 35. Allah berfirman: “Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu (berangkat kami berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.” ( Al-Qashash : 33 35 )

“42. Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat-ayat-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43. Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut” 45. Berkatalah mereka berdua: “Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyeksa kami atau akan bertambah melewati batas 46. Allah berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”. 47. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah: “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Isra’il bersama kami dan janganlah kamu menyeksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.” ( Thaha : 42 47 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar